Depresiasi di Tengah Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : http://www.seputarforex.com/analisa/lihat.php?id=232272&title=analisa_rupiah_11_15_mei_2015_depresiasi_di_tengah_perlambatan_pertumbuhan_ekonomi
Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu
Kurs Rupiah pekan lalu anjlok melampaui ekspektasi dan ditutup pada 13,187 per Dolar AS di akhir perdagangan hari Jumat akibat buruknya laporan-laporan ekonomi dari dalam negeri. Indeks PMI Manufaktur Indonesia kembali kontraksi, demikian pula laju Inflasi meningkat dan cadangan devisa melorot dalam periode yang sama. Sementara itu laporan GDP kuartal 1 tahun 2015 menunjukkan pertumbuhan terlemah sejak masa krisis terakhir di tahun 2009. Dalam situasi ini, meski Dolar AS di pasar internasional cenderung melemah terhadap mata uang mayor lainnya, tetapi Rupiah malah terdepresiasi terhadap Dolar AS.
Berdasarkan laporan hari Senin, PMI Manufaktur yang mengukur performa sektor manufaktur Indonesia pada bulan April 2015 kembali mengindikasikan kondisi kontraksi ketujuh kali berturut-turut dengan angka indeks pada 46.7. Sedangkan laju inflasi kembali menanjak dari 6.38% ke 6.79% (yoy) meski Inflasi Inti tetap pada 5.04%.
Pada hari Selasa, BPS melaporkan GDP Indonesia anjlok. Dalam kuartal pertama tahun ini, Indonesia hanya berhasil mencatat pertumbuhan 4.71% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan 5.14% di kuartal sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia telah diramalkan oleh berbagai pihak, namun kini muncul kecemasan di kalangan investor kalau perlambatan bisa jadi lebih buruk dibanding perkiraan, mengingat angka GDP 4.71% tersebut berada dibawah ekspektasi analis.
Sentimen investor makin goyah pasca rilis laporan GDP setelah Bloomberg mengabarkan adanya "perbedaan pendapat" antara pemerintah dan Bank Indonesia terkait suku bunga. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pada media pada hari Kamis bahwa pemerintah akan memangkas suku bunga secara bertahap. Namun komentar tersebut langsung dibantah oleh Gubernur BI Agus Martowardojo pada hari Jumat yang menekankan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menjaga kebijakan moneter ketat demi mengendalikan stabilitas makro. Ia juga menegaskan bahwa BI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah, tetapi tidak akan membiarkan terjadinya intervensi pemerintah terhadap kebijakan moneter.
Sementara itu, depresiasi Rupiah makin membebani dengan melorotnya cadangan devisa akhir April ke 110.9 miliar USD dari 111.6 miliar USD pada akhir bulan Maret akibat meningkatnya pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah serta penggunaan devisa guna stabilisasi nilai tukar Rupiah. Meski begitu, menurut Bank Indonesia, cadangan devisa tersebut masih diatas standar kecukupan internasional karena masih cukup membiayai 6.9 bulan impor.
Fundamental Minggu Ini
Pagi ini (11/5) kurs Rupiah dibuka melemah pada 13,245 per Dolar AS. Setelah riuh publikasi berbagai data pekan lalu, minggu ini relatif lebih sepi dan ketidakmenentuan kondisi ekonomi dalam dan luar negeri kemungkinan akan membuat Rupiah bertahan di level rendah.
Dari wilayah regional baru saja dikabarkan, China makin cemas dengan perlambatan pertumbuhan yang diderita negaranya, hingga bank sentral People's Bank of China (PBoC) kembali memangkas suku bunga pinjaman dan simpanan sebesar 25 basis poin guna menstimulus perekonomian. Langkah ini diperkirakan bukan yang terakhir kalinya akan dilakukan negeri Tirai Bambu, mengingat masalah penumpukan utang tak juga terselesaikan, inflasi terus merosot dan pengangguran di-isu-kan meluas. Langkah tersebut juga menggarisbawahi kerisauan akan dampak perlambatan ekonomi China terhadap negara-negara lain di regional yang sama serta partner dagangnya.
Sedangkan dari dalam negeri, data vital yang dijadwalkan akan dirilis hanya laporan Neraca Perdagangan yang meliputi data ekspor dan impor, serta Neraca Pembayaran Indonesia kuartal 1 tahun 2015 pada tanggal 15 Mei 2015. Dari Amerika Serikat pun kalender hanya menjadwal rilis data penjualan ritel dan klaim pengangguran mingguan yang biasanya berdampak moderat.
Prediksi Kurs Rupiah Minggu Ini
Secara teknikal, kurs Rupiah terhadap Dolar AS pekan lalu telah menciptakan level resisten baru pada 13,337, dan pergerakan pekan ini kemungkinan akan kembali menguji level tersebut. Dalam beberapa hari kedepan, kurs Rupiah diprediksi akan bergerak diantara 13,106-13,337 per Dolar AS.
Chart USD/IDR dengan indikator EMA-20, EMA-60, EMA-100, Fibonacci Retracement, dan MACD
(klik gambar untuk memperbesar)
(klik gambar untuk memperbesar)
Namun demikian, dilihat dari kondisi MACD ada peluang bagi Rupiah untuk menguat apabila tekanan terhadap mata uang berlambang Garuda ini mereda. Dari segi fundamental, penguatan tersebut dimungkinkan terjadi apabila pemerintah mampu memberikan respon yang disukai pasar dalam menanggapi laporan tentang perlambatan ekonomi kuartal 1/2015, atau bila sentimen pasar terhadap Dolar AS makin memburuk.